Memang tidak dapat dipungkiri bahwa selera fashion seseorang juga akan memengaruhi kepercayaan diri yang dimiliki. Karena itu, tidak heran apabila banyak yang memilih berbagai brand terkenal kendati memiliki harga yang cukup mahal untuk memenuhi hal tersebut.
Berbagai brand fashion terkenal yang telah tersebar di seluruh dunia juga menjadi favorit kawula muda di Indonesia. Sehingga, wajar apabila berbagai brand fashion terkenal bahkan dari luar negeri pun sukses berkembang dan digandrungi di negeri ini.
Zara menjadi salah satu brand fashion yang tumbuh pesat di Indonesia. Berbagai koleksi baik untuk pria, wanita, hingga anak-anak termasuk clothing hingga make up dan aksesoris juga sukses digeluti.
Nah, sudah tahu belum, sih, sejarah hingga perkembangan brand Zara yang kini tersebar di berbagai belahan dunia ini? Yuk! Kita bahas seluk beluk Zara yang menjadi brand fashion favorit anak muda, termasuk di Indonesia.
Menjadi salah satu brand yang menguasai berbagai pasaran fashion di Indonesia, Zara merupakan merk yang miliki kantor pusat di Spanyol. Brand ini berada di bawah kendali Inditex Group.
Menjadi salah satu merk fast fashion di dunia, Zara memiliki sederet produk yang berada di bawah naungan mereka, mulai dari pakaian, aksesoris, sepatu, pakaian renang, bahkan sekarang juga telah menambah ke ranah kosmetik.
Zara dibentuk oleh Amancio Ortega yang lahir pada 28 Maret 1936 dengan menghabiskan masa kecilnya di Leon, Spanyol.
Menjadi yang termuda di keluarganya, Ortega pernah bekerja di sebuah toko baju bernama Gala di Kota La Coruna. Masuknya Ortega ke toko baju tersebut sendiri didorong oleh kemiskinan yang dialami keluarganya.
Membangun bisnis sendiri, Ortega mendirikan Zara pada tahun 1975 silam dengan nama awal Zorba. Nama ini diambil dari film klasik berjudul Zorba the Greek.
Zara sendiri baru dipakai oleh brand milik Ortega lantaran terdapat sebuah bar tak jauh dari gerainya yang juga memakai nama serupa. Karena itu, Zorba diubah oleh Ortega menjadi Zara.
Pada tahun 1980-an, Ortega mulai mengubah proses perancangan, produksi, hingga distribusi untuk ikut bersaing dengan tren yang sedang populer saat itu.
Sejak resmi menjadi Zara di abad ke-18 lalu, Zara tetap menjadi salah satu brand fast fashion yang digemari. Rupanya pamor Zara sendiri tidak lepas dari sosok Ortega sendiri.
Pada tahun 2016, seorang juru bicara Ortega menyebut jika bosnya itu pernah terkejut dengan skala kesuksesannya. Ortega sendiri memang sosok yang ambisius dan tak pernah fokus mengejar kekayaan.
Zara sebenarnya hanya merupakan salah satu saja dari brand fast fashion yang berkembang dan memiliki penggemar sendiri di Indonesia. Merk ini masih menjadi satu dari merk yang difavoritkan oleh banyak penggemar, termasuk anak muda.
Namun, selain Zara, di Indonesia sendiri juga memiliki brand fast fashion yang juga tak kalah digemari. Misalnya, ada Uniqlo hingga H&M yang menawarkan produk serupa.
Namun, berbeda dengan Uniqlo atau H&M, Zara memiliki gaya tersendiri hingga membuat mereka spesial. Gaya inilah yang menjadi penyebab Zara juga berbeda dengan merk fast fashion lainnya.
Alih-alih berkiblat pada Jepang dan Korea Selatan yang tengah banyak digandrungi, Zara tetap mempertahankan gaya Eropa. Dua brand lainnya seperti Uniqlo dan H&M sendiri memang menjadikan Jepang dan Korea Selatan sebagai rujukan fashion mereka.
Wajar memang, sebab berbagai lini bisnis berkembang pesat berkat Korean Wave atau penggemar anime Jepang memang memiliki fandom besar di Indonesia. Brand asal Jepang dan Korea Selatan seperti ADLV, Beams, Beyond Closet, dan sebagainya juga tumbuh menjamur di Indonesia.
Berbeda dengan dua brand di atas, Zara sendiri cocok digunakan bagi mereka yang ingin bergaya ala Eropa dengan ciri klasik dan mewah. Selain itu, Zara juga termasuk cerdas dalam mengekspansi bisnis mereka berkat kemampuan marketing yang ciamik.
Salah satu kunci yang dimiliki Ortega untuk memperluas ekspansi Zara sendiri karena mereka menuruti keinginan para pelanggan. Zara dan perusahaan induknya, Inditex, memanfaatkan hal tersebut.
Zara sendiri muncul dengan berbagai koleksi pakaian yang memiliki kemiripan dengan brand terkenal saat itu. Namun, mereka memiliki harga yang relatif lebih miring dibanding merk-merk itu.
Walaupun, disebut “lebih miring” juga membuat Zara biasanya miliki konsumen dari kalangan berduit. Kendati, Zara juga sempat alami masa-masa terpuruk belum lama ini.
Telah menjadi rahasia umum bahwa pandemi Covid 19 yang dimulai sejak akhir tahun 2019 hingga berangsur membaik pada tahun 2022 lalu turut berpengaruh ke lini bisnis.
Zara sebagai salah satu brand fast fashion di Indonesia yang mengandalkan penjualan offline sendiri tak urung mendapatkan rugi.
Pada kuartal pertama tahun 2020 misalnya, Inditex Group yang menaungi Zara menghasilkan penjualan bersih sebesar 3,3 miliar euro, kemudian turun sekitar 2,6 miliar dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Pada periode ini, Inditex Group kehilangan pendapatan bersih sekitar 409 juta euro .
Selama ini, Zara sendiri memang mengandalkan gerai-gerai offline mereka untuk memasarkan produk. Sehingga adanya kebijakan lockdown dan sebagainya itu ketika pandemi Covid 19 menjadi sangat mengganggu produktivitas penjualan.
Sebenarnya, di tahun yang sama, Zara mulai mendorong konsumen mereka untuk berbelanja melalui website resmi mereka.
Namun, ternyata hasilnya kurang baik sebab masyarakat cenderung membeli kebutuhan pokok terlebih dahulu. Hal ini sebenarnya terjadi pada kebanyakan brand fast fashion, bukan hanya Zara. Menjadikan salah satu lini fashion tersebut mengalami gerak lamban di era pandemi.
Zara sendiri diketahui menutup sekitar 87% gerai atau toko offline mereka. Beruntung mereka masih memiliki zara.com yang dapat diakses dengan mengandalkan koneksi internet tanpa harus bertandang ke toko.
Pandemi sendiri disebut sebagai tahun ketika Zara memperbaiki penjualan digital mereka. Selain itu, Zara juga berfokus pada komponen analisa tren pasar, penyesuaian metode supply chain, serta rebranding brand Zara melalui CSR. Hal ini yang kemudian membuat Zara bangkit di era pandemi lalu.
Di Indonesia, Zara memiliki gerai resmi di Wisma 46 Kota BNI 9th Floor Jl. Jendral Sudirman Kav. 1, Jakarta.
Nah, itu dia sejarah hingga perkembangan dan cobaan Zara di Indonesia yang sukses menjadi salah satu lini fast fashion favorit semua orang. Apakah kamu juga tertarik untuk mengikuti jejak Ortega menciptakan brand fashion sendiri?
Abyad Apparel Pro siap membantu kamu yang mau memulai berbisnis di bidang fashion. Dengan menggunakan bahan baku terbaik, kamu bisa dengan mudah menciptakan lini fashion-mu sendiri bersama Abyad Apparel Pro.
Kantor offline kami berada di Ruko Prima Indah Jl. Cirendeu Raya No. 12A Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Hanya membutuhkan waktu lima menit saja dari Stasiun Lebak Bulus.
Selain itu, kamu juga bisa langsung klik link ini untuk segera menghubungi Abyad Apparel Pro dan ciptakan brand fashion-mu sendiri. Kami tunggu, ya!